Profil
Kabupaten Tapanuli Utara adalah satu di antara kabupaten yang berpenduduk minoritas muslim di provinsi Sumatera Utara. Walaupun demikian adanya bukan bermakna semangat syiar dan ketegakan aqidah Islam dalam kepribadian seorang muslim yang bermukim di daerah ini lemah, tetapi justru minimnya penduduk yang beragama Islam menjadi alasan yang tepat untuk membakar semangat dakwah dan syiar agama Islam demi tegaknya kelimat Allah di bumi Tapanuli Utara.
Semangat ini tampak ini dengan banyaknya kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islami yang dilaksanakan setiap tahunnya, baik berbentuk peringatan hari Islami maupun kegiatan lainnya. Di sisi lain semangat dakwah dan mempertahankan aqidah juga tampak jelas dengan tingginya minat para orang tua untuk memberikan pendidikan agama kepada generasi penerus baik melalui pendidikan formal, informal maupun nonformal.
Kebutuhan terhadap pendidikan agama di Tapanuli Utara sebagai langkah persiapan generasi muda yang Islami di masa yang akan datang adalah suatu hal yang urgen. Hal ini demi terjaganya aqidah dan akhlak para generasi muda Tapanuli Utara di zaman globalisasi di samping minimnya penduduk muslim di Tapanuli Utara.
Melihat kondisi tersebut Yayasan Pendidikan Al-Falah Tarutung sejak tahun 1991 telah memfasilitasi berbagai jenis jenjang pendidikan agama bagi para generasi penerus kaum muslimin di Tarutung khususnya, dan di Tapanuli Utara pada umumnya. Di antaranya Raudhatul Athfaal (RA), Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) dan Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Al-Falah. Pada tahun 1997 dengan berbagai pertimbangan Madrasah Aliyah Swasta terpaksa harus ditutup dan bergabung dengan Madrasah Aliyah Negeri Peanornor.
Dengan niat yang tulus dan dukungan penuh dari kaum muslimin Tarutung dan sekitarnya pada tahun 2005 Yayasan Pendidikan Al-Falah mulai merintis Madrasah Ibtidaiyah Swasta Al-Falah berdasarkan ijin operasional nomor Kd.02.08/3/PP.03.02/722/2005 dengan jumlah siswa pertama 25 siswa.
Enam tahun berlalu, kini saatnya MIS Al-Falah menelurkan alumni pertamanya. Para orang tua siswapun mulai bertanya-tanya hendak kemanakah anak-anak mereka akan melanjut. Kalaulah memungkinkan jika pendidikan anak-anak mereka dilanjutkan ke sekolah dengan kurikulum lanjutan atau pendalaman materi yang sudah dterima di MIS, mengapa harus ke sekolah umum. Dengan demikian kebutuhan atas keberadaan Madrasah Tsanawiyah semakin dibutuhkan sebagai lanjutan dari Madrasah Ibtidaiyah.
Kehadiran Madrasah Tsanawiyah Negeri Peanornor memang sangat membantu para orang tua untuk membina anak-anak mereka dalam pendidikan agama. Namun bagi para masyarakat muslim yang kurang mampu dan membutuhkan tenaga anak-anaknya dalam membantu pekerjaan orang tua yang rata-rata bekerja sebagai pedagang dan petani, menyekolahkan anak-anak di MTsN peanornor adalah suatu beban yang berat dari sisi ekonomi maupun kesehatan anak.
Memang hal tersebut di atas tidak dapat dipungkiri karena jarak antara Tarutung – Peanornor sekitar 18 Kilometer dengan waktu perjalanan sekitar 25-30 menit. Menurut para orang tua siswa MTsN Peanornor, mereka mengeluarkan mnimal Rp. 10,000,- perhari untuk transportasi dan kebutuhan untuk jajan anak-anak. Dengan demikian paling tidak, orang tua akan mengeluarkan sekitar Rp. 240.000,- perbulannya untuk kebutuhan tersebut.
Di sisi lain, banyaknya kegiatan kurikuler, kokurikuler maupun ekstrakulikuler di MTsN Peanornor demi tercapainya mutu pendidikan yang diharapkan, maka tak jarang anak-anak harus pulang sore, apalagi siswa kelas IX sebagai persiapan Ujian nasional. Hal yang demikian menyebakan anak-anak tidak akan dapat membantu pekerjaan orang tua di rumah maupun di ladang.
Demikian halnya dengan kesehatan anak. Tarutung dengan cuaca yang dingin bukanlah menjadi rintangan untuk para siswa MTsN Peanornor yang berasal untuk berangkat ke madrasah sekitar jam 06.00 pagi dan terkadang dengan menembus kabut tebal. Dinginnya cuaca ini terkadang membuat para siswa yang berbadan lemah sering menderita masuk angin ketika pulang ke rumah khususnya bagi siswa yang baru.
Selain dari pada itu, Kaum muslimin yang bermukim di Tarutung sebagai kabupaten induk dari Kabupaten Humbang Hasundutan dan Toba Samosir merasa kurang wajar jika di ibu kota kabupaten Tapanuli Utara tidak terdapat madrasah, tidak sebagaimana kabupaten Humbahas dan Tobasa yang masing-masing sudah mempunyai madrasah bahkan sudah dinegerikan.
Mendengar berbagai argumen yang di sampaikan kaum muslimin, maka Yayasan Pendidikan Al-Falah kembali berusaha memfasilitasi gagasan yang brilian ini dengan mengadakan rapat tokoh-tokoh masyarakat muslim di Tarutung. Rapat ini dilaksanakan Pada Hari Minggu Tanggal 20 Maret 2011. Kemudian pada Hari Minggu 27 Maret 2011 dilanjutkan dengan rapat yang lebih besar yang dihadiri Kepala Seksi Mapenda Kementerian Agama Tapanuli Utara Bapak Sulpan Batu Bara, S.Ag, dan tokoh ormas/OKP, tokoh masyarakat serta para orang tua siswa MIS Al-Falah khususnya kelas VI. Dari Kedua rapat tersebut menghasilkan kesepakatan dan persetujuan untuk mendirikan MTs Swasta al-Falah untuk sejak tahun pelajaran 2011-2012.
Komentari Tulisan Ini
Halaman Lainnya
Direktori Personalia Yayasan
PEMBINA YAYASAN AL FALAH TARUTUNG Ketua : Muhammad Agus Syukur Pasaribu Sekretaris : H. Anwar Hutabarat Anggota &
Visi dan Misi
VISI : Menjadi Yayasan yang Islami dan berprestasi untuk membentuk generasi yang beriman, berilmu, dan beramal dengan landasan iptek menuju insan sejati. MISI : Menyelenggarakan kegiat